Kamis, 24 Maret 2011

Pura Besakih

Pura Besakih adalah merupakan pura terbesar atau induk dari pura -pura yang ada di pulau dewata. Pura ini  terletak di desa Besakih, kecamatan Rendang Kabupaten Karangasem. Letak Pura Besakih berada di lereng Barat Daya Gunung Agung pada ketinggian lebih kurang 1000 meter dari permukaan laut, dan berjarak sekitar kurang lebih 60 km ke arah timur laut dari kota Denpasar Bali.
Pura Besakih ini bangun untuk kesucian umat manusia dan agama Hindu khususnya, Pura Besakih bermakna filosofis dan awal masuknya ajaran agama Hindu di Bali. Setiap tahunnya saat bulan purnama  upacara Galungan di adakan dengan meriah selama 1 bulan di Pura ini. Latar belakang pembangunan Pura Besakih yang berada di lereng Gunung Agung adalah sebagai tempat ibadah dan upacara menyembah Dewa, karena berdasarkan kepercayaan masyarakat di bali  dan umat hindu khususnya di puncak Gunung Agung terdapat Istana Para Dewata
Komplek Pura Besakih terdiri dari 1 Pura Pusat (Pura Penataran Agung Besakih) dan 18 Pura Pendamping (1 Pura Basukian dan 17 Pura Lainnya). Di Pura Basukian, di areal inilah pertama kalinya tempat diterimanya wahyu Tuhan oleh Hyang Resi Markendya, cikal bakal Agama Hindu Dharma sekarang di Bali, sebagai pusatnya. Pura Besakih merupakan pusat dari kegiatan upacara di Bali. Sedangkan Pure terbesar yang ada di area komplek tersebut dinamakan Pura Penataran Agung, ada 3 arca yang terdapat di Pura Penataran Agung simbol dari sifat Tuhan Tri Murti, yaitu Dewa Brahma, Dewa Wisnudan Dewa Siwayang merupakan perlambang Dewa Pencipta, Dewa Pemelihara dan Dewa Pelebur/Reinkarnasi.
 Di dalam lontar Padma Bhuana menyebutkan bahwa pura Besakih sebagai Huluning Bali Rajya. Pura Basukihan adalah hulunya Pura Puseh di desa pekraman, Pura Dalem Puri adalah hulunya Pura Dalem di desa pekraman, Pura Ulun Kulkul adalah hulunya Kulkul, dan Pura Banua adalah hulunya Jineng, linggihnya Dewi Sri. Pura Besakih juga berfungsi sebagai Pura Padma Bhuana, seperti Pura Gelap (Timur) untuk pemujaan dewa Iswara dan di Bali bagian timur adalah Pura Lempuyang, Pura Kiduling Kreteg (Selatan) untuk pemujaan dewa Brahma dan di Bali bagian selatan adalah Pura Andakasa, Pura Ulun Kulkul (Barat) untuk pemujaan dewa Mahadewa dan di Bali bagian barat adalah Pura Batukaru, dan Pura Batu Madeg (Utara) untuk pemujaan dewa Wisnu dan di Bali bagian utara adalah Pura Ulun Danu Beratan.
Pura Besakih menurut lontar Kusuma Dewa merupakan salah satu dari pura Sad Kahyangan yaitu Pura Lempuyang (Iswara), Pura Goa Lawah (Maheswara), Pura Batukaru (Mahadewa), Pura Pucak Mangu (Sangkara) dan Pura Besakih (Sambu). Di samping sebagai salah satu dari pura Sad Kahyangan, pura Besakih juga sebagai lambang alam bawah dan alam atas. Soring ambal-ambal terdapat pada Pura Persimpangan, Pura Manik Mas, Pura Bangun Sakti, Pura Goa Raja, Pura Rambut Sedana, Pura Basukihan, Pura Dalem Puri, Pura Jenggala, Pura Banua dan Pura Merajan Kanginan. Luhuring ambal-ambal terdapat pada Pura Penataran Agung Besakih, Pura Batu Madeg, Pura Gelap, Pura Kiduling Kreteg, Pura Ulun Kulkul, Pura Peninjoan, Pura Tirtha, Pura Pengubengan dan Pura Pasar Agung
Sebagai gambaran umum menurut cerita,Pura Besakih dibangun berdasarkan konsep keseimbangan kosmos, baik secara horisontal maupun vertikal antara alam bawah dan alam atas. Di dinding pura terdapat banyak pahatan pahatan  yang memiliki kisah, makna dan cerita tersendiri tentang cikal bakal sejarah ajaran Hindu dan  keberadaan pura pura tersebut. Pembangunan pura ini diawali dengan penanaman Panca Datu (lima jenis logam) yaitu perak, tembaga, besi, mas dan mirah pada sekitar abad ke-8 dengan nama Pura Basukihan oleh Resi Markandya. Kemudian dengan kedatangan para raja-raja dan para Resi maka Pura Basukihan semakin berkembang dan menjadi Pura Besakih yang sekarang. Pada sekitar abad ke-10 dan ke-11, Raja Kesari Warmadewa datang berkunjung ke Pura Basukihan dan mendirikan Pura Merajan Slonding. Menurut prasasti Batu Madeg, Mpu Beradah pada masa pemerintahan Raja Erlangga juga pernah datang ke Besakih. Selain itu, Raja Kresna Kepakisan dan raja-raja Gelgel juga menaruh perhatian terhadap pemujaan di Pura Besakih. Pada saat itu untuk pemeliharaan dan pengembangan serta pelaksanaan upacara di Pura Besakih berada di bawah pengurusan kerajaan Klungkung yang merupakan penguasa tertinggi.
Masyarakat desa sekitar Pura sebagian besar bermata pencarian  percocok tanam, berdagang dan menjadi pemandu wisata dengan tidak lupa menjalankan ibadah dan upacara yang telah diwariskan secara turun temurun dari keluarga mereka agar selalu bersyukur atas berkah yang telah diberikan oleh sang pencipta dewata yang Agung.
Pada saat ini Pure Besakih ditetapkan oleh pemda Bali sebagai objek  ikon kepariwisataan di Bali  dan menjadi salah satu  daerah tujuan wisata  yang harus dikunjungi, dimana pengelolaan, pemeliharaan juga kebersihan Pure tersebut menjadi tanggung jawab Pemda Bali dan masyarakat sekitar
Bila kita menggunakan kendaraan bermotor, jarak tempuh menuju Pure Besakih ini memerlukan waktu kira-kira kurang lebih 90 menit perjalanan dari Denpasar Bali. Selama dalam perjalanan menuju ke pura Besakih ini, kita akan melihat indahnya panorama pemandangan alam  yang indah dan sejuk nya udara pegunungan.
Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa Pura Besakih yang berada di pulau Dewata ini berfungsi sebagai tempat ibadah dan upacara bagi umat hindu umat dari zaman dahulu sampai saat ini,dan juga termasuk salah satu peninggalan bersejarah di Indonesia dan pulau dewata khususnya.
Bila kita ingin berkunjung ke Pura Besakih ini, jangan lupa membawa kamera. Untuk mengabadikan foto-foto  bahwa kita pernah datang ke pulau Dewata dan Pura Besakih khususnya yang merupakan salah satu tempat objek wisata (Toede Bona)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar